Ustadz Amir Ar-Soronji mengatakan setiap orang yang dicabut ruhnya oleh malaikat pencabut nyawa (malaikat Izrail), maka tidak ada sekejap matapun ruh tersebut digenggamannya. Melainkan ruh tersebut langsung dipegang oleh dua malaikat yang akan mengantarkannya ke langit. Bagi seorang muslim yang sholeh dan taat kepad Allah Swt., maka sebelum diantar di langit ia dibalut dengan kain kafan dari surga dan diberi wangi-wangian dari surga yang wanginya melebihi minyak Kasturi. Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya (Q.S. Al-An’an).

Para malaikat penjaga pintu langit membuka pintu-pintu langit untuknya sambil berkata Ruh siapa yang wangi dan harum ini? malaikat pengantar ruh mengatakan Fulan bin Fulan dengan nama terbaik yang diperolehnya di dunia. Para malaikat di langit dan bumi berdoa agar rahmat baginya dan agar ruh tersebut naik melalui arah mereka. Lalu tiap malaikat di setiap langit turut mengantarkannya sampai langit ke tujuh untuk bertemu dengan Allah Swt. Para malaikat mengantarkannya sebagai bentuk kehormatan atau kemuliaan.

Allah Swt. berfirman: Tuliskan kitab hamba-Ku di tempat yang tinggi. Kembalikan dia ke bumi karena aku menciptakannya dari bumi, mengembalikannya ke bumi, dan mengeluarkannya dari bumi sekali saja. Lalu ruh orang sholeh itu kembali ke jasadnya. Dua malaikat datang dan duduk bersama seranya bertanya, Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa laki-laki yang diutus kepadamu? Darimana kamu mengetahui hal ini? Karena orang sholeh, maka ia dengan lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan dari malaikat.

Adapun ruh yang buruk dari hamba yang tidak sholeh, setelah dicabut ruh nya lalu ia dibalut dengan kain kafan dan diberi wewangian dari neraka sehingga keluar darinya bau yang sangat busuk dan sangat tidak disukai malaikat. Para maikat yang di langit melaknatnya ketika ia dicabut, pintu-pintu langit ditutup tidak dibuka untuknya, setiap malaikat berdoa agar ruhnya tidak naik ke arah mereka. Malaikat dan ruh tadi melewati sekelompok malaikat yang bertanya ruh siapa yang sangat bau busuk ini? Malaikat pembawa ruh menjawab Fulan bin Fulan dengan nama terburuk yang digunakan di dunia. Malaikat penjaga pintu tetap tidak membukakan pintu langit.

Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga onta masuk ke lubang jarum (Q.S. Al-A’raf ayat 40).

Ustadz Amir As-Soronji mengungkapkan, tentunya orang kafir tidak dapat masuk surga. Ini bahaya kekufuran, kesyirikan. Allah Swt. menyuruh malaikat untuk mengembalikannya ke bumi. Akibat pintu-pintu langit tidak dibuka untuknya, maka ruh tersebut dilempar dengan keras dari tempat yang tiggi sampai kembali ke jasadnya. Hingga akhirnya nanti datang malaikat mendekatinya untuk bertanya dan memberikan balasan terhadap perbuatannya selama masih hidup.

DIKISAHKAN Dr ‘Umar ‘Abdul Kafi dalam buku Wa’dul Haq, Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu tengah berdiri di dekat pemakaman. Tak lama di lokasi itu, ‘Utsman menangis tersedu-sedu hingga air mata membasahi jenggotnya.

Mengapa ‘Utsman bin ‘Affan menangis? Bukankah suami dari Sayyidatina Nailah ini memiliki banyak amal shalih sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan di alam kubur dan setelah Kiamat?

“Saat teringat surga dan neraka saja, kamu tidak menangis. Namun, mengapa engkau menangis karena kuburan ini?” tanya salah seorang sahabat di lokasi itu.

“Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam pernah bertutur, ‘Sesungguhnya alam kubur adalah persinggahan pertama dari beberapa persinggahan di alam akhirat. Apabila seseorang selamat di alam kubur, maka alam sesudahnya akan lebih mudah. Dan apabila seseorang tidak selamat di alam kubur, maka alam setelahnya akan lebih buruk dari alam sebelumnya.’”

Inilah yang menyebabkan tangis sang ‘Utsman. Ia teringat pada nasihat sang kekasih hati, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Sebuah nasihat yang amat benar dan membuat siapa yang mendengarkan, lalu memikirkannya dalam-dalam.

Selain perkataan tersebut, Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu juga mengatakan satu sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam yang lain, “Aku tidak pernah melihat pemandangan yang lebih menakutkan melebihi alam kubur.”

Kisah yang berhubungan dengan ini adalah kisah Utsman bin Affan RA yang pernah menziarahi kuburan lalu terhisak-hisak manangis seperti anak kecil. Lalu beberapa teman-temannya dijaman khalifah beliau berkata "wahai Amir Mu'minin kenapa anda menangis melihat kuburan padahal Rosulullah SAW sudah menjamin untuk anda Syurga."

Lalu Utsman bin Affan menjawabnya dengan jawaban yang bijak, dia mengatakan "Rosulullah SAW menjamin untuk saya Syurga tapi tidak menjamin saya selamat dari siksa kubur." Maka pemahaman yang dikeluarkan oleh para ulama tentang dosa sekecil apapun cukup untuk membuat adanya siksaan, itu karena pernyataan Utsman bin Affan yang menyebutkan pernyataan tadi.

Sampai Hasan Basri Hamballah waktu ditanya tentang definisi Tawadhu, ulama-ulama iraq berkumpul dan Hasan Basri juga hadir. Lalu meraka berkata malam ini kita definisikan tentang Tawadhu karena Rosulullah SAW mengatakan dalam hadizt shoheh Ahmad dan Abu Daud "Siapa yang bertawadhu kepada Allah SWT dan merendah karena Allah SWT, Allah SWT akan mengangkat derajatnya."

Maka setiap ulama memberikan definisinya masing-masing sampai tiba girin Hasan Basri Hamballah mereka berkata apa pendapat mereka wahai ayahnya Abdullah maka Hasan Basri mengatakan kalian sudah memberikan banyak sekali definisi, kalau menurut saya "Tawadhu iyalah jangan kau lihat siapapun muslim didepan matamu kecuali kau sudah langsung menanamkan dalam dirimu kalau dia lebih baik daripada kamu."

Imam Bukhori pernah berhenti berburu hanya karena meleset anak panahnya dan terkena pagar tetangganya, lalu dia memanggil pembantunya dan mengatakan "Sampaikan kepada teman-teman bahwa saya tidak jadi memanah dan saya tidak jadi berburu dan sampaikan kepada tetangga kalau Bukhori minta maaf." 

Begitu pembantunya Imam Bukhori datang ke tetangga tersebut lalu berkata "Syeikh Imam Bukhori menyampaikan maaf karena pagar anda tercuil dan diperlihatkan" 

Lalu tetangganya tersenyum dan berkata "Jangankan pagar, rumah saya semua buat Imam Bukhori, saya tidak perhitungan dengan masalah itu."

Waktu pembantunya Imam Bukhori kembali maka yang terjadi Imam Bukhori sujud syukur kepada Allah SWT dan bershodaqoh sekian dirham hanya karena tidak jadi ada musuh dari tetangga yang dia cuilkan pagarnya.